Senin, 02 Januari 2012

Coretan Tangan


BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA
Ungkapan di atas merupakan salah satu bahan konsumsi publik yang masih sering diperbincangkan dikhalayak orang banyak. Entah benar atau tidaknya, yang jelas konsep dari pemahaman tersebut telah lahir dan di interpretasi sebagai bagian terpenting dalam menerjemahkan arti sebuah kehidupan. Sehingga dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan sosial yang begitu ekstrim dan nyata kita tidak lagi menjadi penonton tetapi paling tidak dapat pelaku dalam objeknya. Berangjak dari konsep tersebut maka pemberian makna terhadap suatu objek akan menjadi sangat penting untuk ditelaah kembali asalkan kita tidak apriori terhadap sesuatu hal yang selama ini masih dianggap tabuh.  Dengan maksud dan tujuannya hanya semata-mata untuk menggali kembali beberapa sumber keilmuan yang selama ini terpendam. Sebab Al- Qur’an dalam berbagai teksnya pun jauh-jauh sebelumnya telah mampu memberikan sinyal “ Bahwa Dia tidak menciptakan semua ini dalam keadaan sia-sia melainkan terdapat pemaknaaan nilai terhadap pilosofi yang dikandungnya”. Konteks ayat tersebut memberikan penafsiran agar kita ini senantiasa belajar terhadap alam apapun itu bentuknya. Sebab, saya yakin dan percaya cara inilah yang nantinya akan dapat menghantarkan kita untuk senantiasa mencari tau tentang banyak hal, terkait dengan beberapa pokok masalah yang selama ini masih dianggap tabuh tentunya dengan menggunakan berbagai meteodologi pendekatan tergantung dari sudut mana kita memulainya.
Dan untuk menguraikan pertanyaan di atas, maka penulis akan memulainya dengan menyajikan sebuah prolog sederhana yaitu “ Benarkah seorang anak yang terlahir dari rahim Ibunya memiliki sifat yang hampir sama dengan induknya “ Dengan asumsi bahwa apa yang dimiliki oleh setiap individu merupakan turunan dari induknya yang oleh sebagian orang menyebutnya dengan istilah adanya peristiwa hereditas atau pewarisan sifat. Nah, untuk menjawab pertanyaan di atas tentunya diperlukan beberapa pendekatan baik secara sains maupun dalam pandangan agama yang diyakini sama-sama memiliki hubungan timbal balik ( bersimbiosis mutualisme ). Kedua sumber tesebut nantinya akan dijadikan sebagai bahan rujukan guna memberikan penguatan terhadap beberapa fakta agar hasil yang diketemukan nanti tidak lagi bersifat fiktif belaka atau dipandang sebagai dongeng melainkan memiliki nilai kolektif yang relativitasnya valid karena ada sinergitas antara teori dengan praktek yang dilakukan dengan menggunakan observasi secara langsung.  Kemudian analogi yang kedua adalah “ Bahwa seorang anak yang terlahir bagaikan kertas putih yang tak bergaris “ yang di dalamnya hanya berisikan sebuah naluri ( insting )  “ apakah bentuknya baik atau buruk.” Jadi, jika kedua analogi tersebut di atas hanya dipahami secara verbal maka nantinya kita akan sampai pada suatu kesimpulan awal bahwa induk yang baik pasti akan menghasilkan bibit yang baik pula dan sebaliknya  induk yang tidak berkualitas pasti akan menghasilkan bibit yang tidak berkualitas pula. Artinya, baik dan buruknya seseorang tergantung dari pembentukan gen yang kemudian disuplai oleh induknya kepada keturunannya.
Lalu bagaimana dengan lingkungan yang juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter seseorang !! Bukankah hal ini dapat memberikan warna terhadap alam pemikiran manusia ? Atau jangan-jangan hal ini hanya sebatas simbol yang sengaja Allah hadirkan untuk kita sebagai bahan acuan dalam membaca asmanya ! Dan bisa jadi masalah ini merupakan skenario awal yang telah didesain secara sempurna oleh Tuhan sang pencipta. sehingga kebenarannya dianggap sebagai ketetapan nyata yang sudah tidak dapat ditolerir, lantaran kesemuanya telah terikat dengan takdir yang telah digariskan oleh Allah di atas tangan kita masing-masing !! Wallahu alam hanya Allah yang maha mengetahuinya yang jelas separuh dari sifat yang kita miliki telah tercetak semenjak terjadinya proses pembuahan ( fertilisasi ) yang dilakukan  oleh kedua orang tua yakni  fase bertemunya antara sel sperma dan sel ovum yang diyakini sebagai cikal bakal terbentuknya individu baru. Kedua analogi inilah yang akan kami sajikan dalam usaha menelusuri sejauh mana kebenaran fakta yang dikemukakan oleh para pakar terkait dengan pokok masalah yang sedang dikajinya dan seberapa jauh kebenaran wahyu yang disampaikan melalui pesan-pesan morilnya.
KONSEP DASR
Peletakan dasar ilmiah melalui percobaan sistematik baru dilakukan pada paruh akhir abad ke-19 oleh Gregor Johann Mendel. Ia adalah seorang biarawan dari Brno (Brünn dalam bahasa Jerman), Kekaisaran Austro-Hungaria (sekarang bagian dari Republik Ceko). Mendel disepakati umum sebagai 'pendiri genetika' setelah karyanya "Versuche über Pflanzenhybriden" atau Percobaan mengenai Persilangan Tanaman (dipublikasi cetak pada tahun 1866) ditemukan kembali secara terpisah oleh Hugo de Vries, Carl Correns, dan Erich von Tschermak pada tahun 1900. Dalam karyanya itu, Mendel pertama kali menemukan bahwa pewarisan sifat pada tanaman (ia menggunakan tujuh sifat pada tanaman kapri, Pisum sativum) mengikuti sejumlah nisbah matematika yang sederhana. Yang lebih penting, ia dapat menjelaskan bagaimana nisbah-nisbah ini terjadi, melalui apa yang dikenal sebagai 'Hukum Pewarisan Mendel'.
Dari karya ini, orang mulai mengenal konsep gen (Mendel menyebutnya 'faktor'). Gen adalah pembawa sifat. Alel adalah ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masing-masing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe. Apabila suatu individu memiliki pasangan alel sama, genotipe individu itu bergenotipe homozigot, apabila pasangannya berbeda, genotipe individu yang bersangkutan dalam keadaan heterozigot. Genotipe terkait dengan sifat yang teramati. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebut fenotipe
KETURUNAN MENDAPATKAN GEN DARI ORANG TUA
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin banyak diantara kita yang bertanya tentang adanya kemiripan bentuk morfologi yang kita miliki dengan orang tua kita. Mulai dari warna kulit, bentuk rambut dan masih banyak lagi bentuk yang lainnya.. Secara harfiah, orang tua tidak memberikan kepada anak-anaknya bintik-bintik, mata, rambut, ataupun sifat-sifat lainnya. Lalu, apa sebenarnmya yang diwariskan ? Orang tua melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam bentuk unit-unit herediter yanmg dinamakan gen. Puluhan ribu gen yang kita warisi dari ibu bapak kita adalah penyusun genom kita. Kedekatan kode genetik yang ada pada diri kita telah menjelaskan tentang kemiripan dalam hubungan keluarga. Gen kita memprogram sifat-sifat khusus yang muncul saat kita berkembang dari telur yang telah dibuahi menjadi dewasa.
Berikut ini adalah beberapa kode genetika yang secara  rinci akan mencoba menjelaskan tentang fungsi dan perannya :

1. material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
 
2. bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
 
3. bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik
kode-genetika
KODE GENETIK
Gen tertentu membawa informasi yang dibutuhkan untuk membuat protein dan informasi itulah yang disebut sebagai kode genetik. Dengan kata lain, kode genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA utnuk menentukan urutan asam amino pada saat sintesis protein. Informasi pada kode genetik ditentukan oleh basa nitrogen pada rantai DNA yang akan menentukan susunan asam amino. Dalam tahun 1968 nirenberg, khorana dan Holley menerima hadiah nobel untuk penelitian mereka yang sukses menciptakan kode-kode genetik yang hingga sekarang kita kenal. Seperti kita ketahui asam amino dikenal ada 20 macam. Yang menjadi masalah bagaimana 4 basa nitrogen ini dapat mengkode 20 macam asam amino yang diperlukan untuk mengontrol semua aktifitas sel
dna
DNA (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribosa nukleat (ADN) merupakan tempat penyimpanan informasi genetik.
Struktur DNA

             Pada tahun 1953, Frances Crick dan James Watson menemukan model molekul DNA sebagai suatu struktur heliks beruntai ganda, atau yang lebih dikenal dengan heliks ganda Watson-Crick.DNA merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun atas polimer nukleotida yang berulang-ulang, tersusun rangkap, membentuk DNA haliks ganda dan berpilin ke kanan. Setiap nukleotida terdiri dari tiga gugus molekul, yaitu
- Gula 5 karbon (2-deoksiribosa)
- Basa nitrogen yang terdiri golongan purin yaitu adenin (Adenin = A) dan guanin (guanini = G), serta golongan pirimidin, yaitu sitosin (cytosine = C) dan timin (thymine = T)
- Gugus fosfat
Gen adalah segmen-segmen DNA yaitu terdiri dari empat jenis monomer yang berbeda  yang dinamakan nukleotida. Informasi yang diwariskan diberikan dalam bentuk urutan nukleotida spesifik yang dimiliki oleh masing-masing gen, kurang lebih bagaikan informasi tertulis yang dikomunikasikan dalam bentuk urutan huruf-huruf yang membentuk arti. Bahasanya bersifat simbolik. Otak menerjemahkan kata-kata dan kalimat menjadi gambaran dan gagasan mental “ umpamanya objek yang kita bayangkan ketika membaca apel tidak mirip sama sekali dengan tulisan apel. Analog dengan hal ini, sel-sel menterjemahkan “ kalimat-kalimat “ genetik ke dalam bintik hitam dan ciri lain yang tidak memiliki kesamaan dengan gen lain. Sebagian besar gen memprogram sel-sel untuk mensintesis enzim yang spesifik dan protein lain ini merupakan aksi kumulatif  suatu organisme. Penurunan sifat-sifat herediter memiliki basis monokuler yaitu replikasi persis dari DNA, dan menghasilkan salinan-salinan gen yang dapat diteruskan dari orang tua ke keturunanya. Pada hewan dan tumbuhan, penurunan gen dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dilakukan oleh sperma dan ovum  telur yang belum dibuahi . Setelah sel sperma dan telur bersatu dalam satu bentuk yang tunggal, maka gen dari kedua orang tuanya akan hadir di dalam nukleus yang berasal dari telur yang telah dibuahi. Begitulah proses transformasi genetik  kepada anak-anaknya. Pertanyaan kemudian bagaimana dengan pernyataan Allah dalam hadist Qudsinya yang bunyinya kurang lebih seperti ini “ untuk mendapatkan keturunan yang baik maka 25 tahun sebelum menikah maka kita harus memulainya
DNA dari suatu sel eukariotik dibagi lagi menjadi kromosom di dalam nukleus tersebut. Setiap spesies yang hidup mempunyai jumlah kromosom yang khas. Sebagai contoh manusia mempunyai 46 kromosom ( terkecuali dalam sel reproduktifnya ). Setiap kromosom terdiri dari sebuah molekul DNA tunggal yang panjang yang tergulung secara rumit sehingga terikat dengan berbagai protein.  Sebuah kromozom memiliki ratusan bahkan ribuan gen, masing-masing merupakan bagian spesifik dari molekul DNA. Lokasi spesifik suatu gen disepanjang suatu kromosom disebut lokus gen. Kelengkapan dari DNA  yang terdapat dalam kromosom akan berpengaruh terhadap variasi gen yang akan terwariskan kepada kita.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar